Monday, August 28, 2006

I CRIED FOR MY BROTHER SIX TIMES

interesting story (dari milis IKS)...tak pernah gagal mbuat g merinding dan menitikkan air mata..bahkan pertama kali membacanya, g ampe sesengukan... lama bgt...temen2 g ampe pada bingung...
enjoy reading...

I CRIED FOR MY BROTHER SIX TIMES

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat
terpencil. Hari demi
hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan
punggung mereka
menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga
tahun lebih muda
dariku.

Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang
mana semua gadis di
sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima
puluh sen dari laci
ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat
adikku dan aku berlutut di
depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di
tangannya. "Siapa yang mencuri
uang itu?" Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut
untuk berbicara.
Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau
mengatakan, "Baiklah,
kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!" Dia
mengangkat tongkat bambu
itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram
tangannya dan berkata,
"Ayah, aku yang melakukannya!"

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku
bertubi-tubi. Ayah begitu
marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya
sampai Beliau kehabisan
nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu
bata kami dan
memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah
sekarang, hal memalukan
apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? ...
Kamu layak dipukul
sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan
kami. Tubuhnya penuh
dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata
setetes pun. Di
pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis
meraung-raung. Adikku
menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata,
"Kak, jangan menangis
lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki
cukup keberanian
untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi
insiden tersebut masih
kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan
lupa tampang adikku
ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8
tahun. Aku berusia 11.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia
lulus untuk masuk ke
SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya
diterima untuk masuk ke
sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah
berjongkok di halaman,
menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus.
Saya mendengarnya
memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang
begitu baik...hasil
yang begitu baik..." Ibu mengusap air matanya yang
mengalir dan menghela
nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa
membiayai keduanya
sekaligus?"

Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah
dan berkata, "Ayah,
saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup
membaca banyak buku."
Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada
wajahnya. "Mengapa kau
mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan
jika berarti saya mesti
mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu
berdua sampai selesai!"
Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun
itu untuk meminjam
uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa
ke muka adikku yang
membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus
meneruskan
sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah
meninggalkan jurang kemiskinan
ini." Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak
lagi meneruskan ke
universitas.

Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang,
adikku meninggalkan
rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit
kacang yang sudah
mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan
meninggalkan secarik
kertas di atas bantalku: "Kak, masuk ke universitas
tidaklah mudah. Saya
akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."

Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku,
dan menangis dengan
air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu,
adikku berusia 17
tahun. Aku 20.

Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan
uang yang adikku
hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di
lokasi konstruksi, aku
akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas).

Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika
teman sekamarku masuk dan
memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu
di luar sana!"

Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku
berjalan keluar, dan
melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor
tertutup debu semen dan
pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang
pada teman sekamarku
kamu adalah adikku?" Dia menjawab, tersenyum, "Lihat
bagaimana
penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka
tahu saya adalah
adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"

Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku
menyapu debu-debu
dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam
kata-kataku, "Aku tidak
perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun
juga! Kamu adalah
adikku bagaimana pun penampilanmu..."

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut
berbentuk kupu-kupu. Ia
memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya
melihat semua gadis
kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus
memiliki satu." Aku tidak
dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku
ke dalam pelukanku
dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20.
Aku 23.

Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca
jendela yang pecah telah
diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah
pacarku pulang, aku
menari seperti gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu
tidak perlu
menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan
rumah kita!" Tetapi
katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang
pulang awal untuk
membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka
pada tangannya? Ia
terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.."

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat
mukanya yang kurus,
seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan
sedikit saleb pada lukanya
dan mebalut lukanya. "Apakah itu sakit?" Aku
menanyakannya. "Tidak, tidak
sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi
konstruksi, batu-batu
berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak
menghentikanku
bekerja dan..." Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku
membalikkan tubuhku
memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke
wajahku. Tahun itu,
adikku 23. Aku berusia 26.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali
suamiku dan aku
mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal
bersama kami, tetapi mereka
tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali
meninggalkan dusun, mereka
tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak
setuju juga,
mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan
menjaga ibu dan ayah di
sini."

Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan
adikku mendapatkan
pekerjaan sebagai manajer pada departemen
pemeliharaan. Tetapi adikku
menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai
bekerja sebagai pekerja
reparasi.

Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk
memperbaiki sebuah kabel,
ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah
sakit. Suamiku dan aku
pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya,
saya menggerutu,
"Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak
akan pernah harus
melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat
kamu sekarang, luka
yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar
kami sebelumnya?"

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela
keputusannya.
"Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan
saya hampir tidak
berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu,
berita seperti apa
yang akan dikirimkan?" Mata suamiku dipenuhi air mata,
dan kemudian keluar
kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang
pendidikan juga karena
aku!"

"Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam
tanganku. Tahun itu,
ia berusia 26 dan aku 29.

Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang
gadis petani dari
dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara
perayaan itu bertanya
kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan
kasihi?" Tanpa bahkan
berpikir ia menjawab, "Kakakku." Ia melanjutkan dengan
menceritakan kembali
sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. "Ketika
saya pergi sekolah
SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari
kakakku dan saya
berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan
pulang ke rumah. Suatu
hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku.
Kakakku memberikan satu
dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan
berjalan sejauh itu.
Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran
karena cuaca yang
begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang
sumpitnya. Sejak hari itu,
saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan
menjaga kakakku dan baik
kepadanya."

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu
memalingkan perhatiannya
kepadaku.

Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku,
"Dalam hidupku, orang yang
paling aku berterima kasih adalah adikku." Dan dalam
kesempatan yang paling
berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air
mata bercucuran turun
dari wajahku seperti sungai.

Diterjemahkan dari : "I cried for my brother six
times"

Je t'aime mes frères particulièrement vous, mon grand frère.
God Bless u...
met ultah buat my youngest brother... (August 30)

Wednesday, August 16, 2006

PENCURI IMPIAN

kemaren, temen sekantor g muter lagu "dreams are my reality" :p which is one of my fave old song...maklum, kalo kata zodiak, g ini emang pemimpi :D but it's ok rite? sum1 ever told me that dream is one of the important things in ones life. kita ga bisa (jangan) hidup dalam mimpi, tapi hidupkanlah mimpi itu...jadikan mimpi sbg motivator, or even guidance in life...
kalo ga punya mimpi, rasanya seperti sayur tanpa garam :D hambar... hidup tanpa tujuan...

ngomong2 tentang mimpi, g jadi inget cerita tentang pencuri impian:
bagus deh....aza! fighting! reach your dreams guyz!


Never ever give up........


Ada seorang gadis muda yang sangat suka menari. Kepandaiannya menari sangat menonjol dibanding dengan rekan-rekannya, sehingga dia seringkali menjadi juara di berbagai perlombaan yang diadakan. Dia berpikir, dengan apa yang dimilikinya saat ini, suatu saat apabila dewasa nanti dia ingin menjadi penari kelas dunia. Dia membayangkan dirinya menari di Rusia, Cina, Amerika, Jepang, serta ditonton oleh ribuan orang yang memberi tepuk tangan kepadanya.
Suatu hari, di kotanya dikunjungi oleh seorang pakar tari yang berasal dari luar negeri. Pakar ini sangatlah hebat, dan dari tangan dinginnya telah banyak dilahirkan penari-penari kelas dunia. Gadis muda ini ingin sekali menari dan menunjukkan kebolehannya di depan sang pakar tersebut, bahkan jika mungkin memperoleh kesempatan menjadi muridnya.
Akhirnya kesempatan itu datang juga. Si gadis muda berhasil menjumpai sang pakar di belakang panggung, seusai sebuah pagelaran tari. Si gadis muda bertanya "Pak, saya ingin sekali menjadi penari kelas dunia. Apakah anda punya waktu sejenak, untuk menilai saya menari? Saya ingin tahu pendapat anda tentang tarian saya". "Oke, menarilah di depan saya selama 10 menit", jawab sang pakar.
Belum lagi 10 menit berlalu, sang pakar berdiri dari kursinya, lalu berlalu meninggalkan si gadis muda begitu saja, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Betapa hancur si gadis muda melihat sikap sang pakar. Si gadis langsung berlari keluar. Pulang kerumah, dia langsung menangis tersedu-sedu. Dia menjadi benci terhadap dirinya sendiri. Ternyata tarian yang selama ini dia bangga-banggakan tidak ada apa-apanya di hadapan sang pakar. Kemudian dia ambil sepatu tarinya, dan dia lemparkan ke dalam gudang. Sejak saat itu, dia bersumpah tidak pernah akan lagi menari.
Puluhan tahun berlalu. Sang gadis muda kini telah menjadi ibu dengan tiga orang anak. Suaminya telah meninggal. Dan untuk menghidupi keluarganya, dia bekerja menjadi pelayan dari sebuah toko di sudut jalan.
Suatu hari, ada sebuah pagelaran tari yang diadakan di kota itu. Nampak sang pakar berada di antara para menari muda di belakang panggung. Sang pakar nampak tua, dengan rambutnya yang sudah putih.
Si ibu muda dengan tiga anaknya juga datang ke pagelaran tari tersebut. Seusai acara, ibu ini membawa ketiga anaknya ke belakang panggung, mencari sang pakar, dan memperkenalkan ketiga anaknya kepada sang pakar. Sang pakar masih mengenali ibu muda ini, dan kemudian mereka bercerita secara akrab.
Si ibu bertanya, "Pak, ada satu pertanyaan yang mengganjal di hati saya. Ini tentang penampilan saya sewaktu menari di hadapan anda bertahun-tahun yang silam. Sebegitu jelekkah penampilan saya saat itu, sehingga anda langsung pergi meninggalkan saya begitu saja, tanpa mengatakan sepatah katapun?"
"Oh ya, saya ingat peristiwanya. Terus terang, saya belum pernah melihat tarian seindah yang kamu lakukan waktu itu. Saya rasa kamu akan menjadi penari kelas dunia. Saya tidak mengerti mengapa kamu tiba-tiba berhenti dari dunia tari", jawab sang pakar.
Si ibu muda sangat terkejut mendengar jawaban sang pakar. "Ini tidak adil", seru si ibu muda. "Sikap anda telah mencuri semua impian saya. Kalau memang tarian saya bagus, mengapa anda meninggalkan saya begitu saja ketika saya baru menari beberapa menit. Anda seharusnya memuji saya, dan bukan mengacuhkan saya begitu saja. Mestinya saya bisa menjadi penari kelas dunia. Bukan hanya menjadi pelayan toko!".
Si pakar menjawab lagi dengan tenang "Tidak .... Tidak, saya rasa saya telah berbuat dengan benar. ANDA TIDAK HARUS MINUM ANGGUR SATU BAREL UNTUK MEMBUKTIKAN ANGGUR ITU ENAK. Demikian juga saya. Saya tidak harus menonton anda 10 menit untuk membuktikan tarian anda bagus. Malam itu saya juga sangat lelah setelah pertunjukan. Maka sejenak saya tinggalkan anda, untuk mengambil kartu nama saya, dan berharap anda mau menghubungi saya lagi keesokan hari. Tapi anda sudah pergi ketika saya keluar. Dan satu hal yang perlu anda camkan, bahwa ANDA MESTINYA FOKUS PADA IMPIAN ANDA, BUKAN PADA UCAPAN ATAU TINDAKAN SAYA.
Lalu pujian? Kamu mengharapkan pujian? Ah, waktu itu kamu sedang bertumbuh. PUJIAN ITU SEPERTI PEDANG BERMATA DUA. ADA KALANYA MEMOTIVASIMU, BISA PULA MELEMAHKANMU. Dan faktanya saya melihat bahwa sebagian besar PUJIAN YANG DIBERIKAN PADA SAAT SESEORANG SEDANG BERTUMBUH, HANYA AKAN MEMBUAT DIRINYA PUAS DAN PERTUMBUHANNYA BERHENTI. SAYA JUSTRU LEBIH SUKA MENGACUHKANMU, AGAR HAL ITU BISA MELECUTMU BERTUMBUH LEBIH CEPAT LAGI. Lagipula, pujian itu sepantasnya datang dari keinginan saya sendiri. TIDAK PANTAS ANDA MEMINTA PUJIAN DARI ORANG LAIN".
"Anda lihat, ini sebenarnya hanyalah masalah sepele. Seandainya anda pada waktu itu tidak menghiraukan apa yang terjadi dan tetap menari, mungkin hari ini anda sudah menjadi penari kelas dunia. MUNGKIN ANDA SAKIT HATI PADA WAKTU ITU, TAPI SAKIT HATI ANDA AKAN CEPAT HILANG BEGITU ANDA BERLATIH KEMBALI. TAPI SAKIT HATI KARENA PENYESALAN ANDA HARI INI TIDAK AKAN PERNAH BISA HILANG SELAMA-LAMANYA .".

Monday, August 14, 2006

GTO=Great Teacher Onizuka

Onizuka is an ex-biker and gang leader who has one goal, to become the greatest teacher. He learns of the power and respect possible as an intern teacher, using his strength and connections to get his students to respect him. Now, graduated, he gets a job at a prestigious private school to handle their 'problem class' that made the past few teachers quit. He must handle a different sort of trouble when the trouble makers include some of the smartest kids in Japan who preffer a more cerebral approach to torturing their teacher. Onizuka must slowly win his students over and deal with their mistrust of teachers while handling the distrust of his fellow teachers.

Onizuka who has been a deliquent all his life is suddenly thrusted into the role of a teacher which is his lifetime dream. The concept of a gangster type person being a teacher is already comical. Though it is funny, GTO has some serious moments as well. When he first started out as a teacher, the class he was in charge of were all against him but slowly as the series progressed, he came to earn their trust and teach them valuable lessons on life they would never have learnt in the classroom.

bagus...
lucu, tapi penuh makna...

Buffon: "Still the same old Juve"


The San Paolo stadium, Naples, played host to a near sell-out crowd this evening for the Birra Moretti Trophy, and Gigi Buffon, king of grand occasions, was suitably impressed: “This may be a friendly tournament, but the magnificent crowd here is more than worthy of Serie A”. Right from the start, Juve showed great personality: “Of course. Whichever league we end up playing in this season, we are still the same old Juve, with the same name, and the same history. I’m very much looking forward to a new adventure in these colours”.

happy to hear you saying that...please keep stayin' don't take inter's offer ^:)^ :)

Friday, August 11, 2006

ada yang punya MP3 "I DON'T KNOW YOU ANYMORE"-nya SAVAGE GARDEN GA? mau dunk ;;)

JIKALAH

hehe..ada file lama nih...lupa dari mana:D
lumayan, bagus juga buat di-share....;))
eniwei, TQ so much fo: da writer, whoever s/he is...


Jikalah derita akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti dijalani dengan sepedih rasa
Sedang ketegaran akan lebih indah dikenang nanti.

Jikalah kesedihan akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa tak dinikmati saja,
Sedangkan ratap tangis tak akan mengubah apa-apa.

Jikalah luka dan kecewa akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti dibiarkan meracuni jiwa,
Sedang ketabahan dan kesabaran lebih utama.

Jikalah kebencian dan kemarahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti diumbar sepuas jiwa,
Sedang menahan diri adalah lebih berpahala.

Jikalau kesalahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti tenggelam di dalamnya,
Sedang taubat itu lebih utama.

Jikalah harta akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti ingin di kukuhi sendiri,
Sedang kedermawanan justru akan melipat gandakan

Jikalah Kepandaian akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti membusungkan dada dan membuat kerusakan di dunia,
Sedang dengannya manusia diminta memimpin dunia agar sejahtera.

Jikalah cinta akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti ingin memiliki dan selalu bersama,
Sedang memberi akan lebih banyak menuai arti.

Jikalah bahagia akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti dirasakan sendiri,
Sedang berbagi akan membuatnya bahagia.

Jikalah hidup akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti diisi dengan kesia-siaan belaka,
Sedang begitu banyak kebaikan bisa dicipta
Tebarkan senyumm...
Ukir Simpati...
Lebarkan tangan....
Bukalah kata Maaf dalam Hati sanubari...
biar Dunia semakin damai penuh kesejukan...

Thursday, August 10, 2006

pour la maman des adelle`

comment allez-vous aujourd'hui ? Je veux juste dire à vous ceci :
celui que le decission vous prenne, souhaitez-vous tout le meilleur

n'oubliez pas de demander les conseils de Dieu :)

Tuesday, August 08, 2006

to willy...

will.....FIREWORKS-nya ngadat niy....
tuker yuk..
ntar sore jadi ke kober?

JANGAN PERNAH BERHENTI

(yang ini juga dari milis ...:p baca ya...)

Dia hampir saja tidak melihat wanita tua yang berdiri dipinggir jalan
itu,tetapi dalam cahaya berkabut ia dapat melihat bahwa wanita tua itu
membutuhkan pertolongan. Lalu ia menghentikan mobil Pontiacnya di depan
mobil Mecedes wanita tua itu, lalu ia keluar dan menghampirinya.
Walaupun dengan wajah tersenyum wanita itu tetap merasa khawatir, karena
setelah menunggu beberapa jam tidak ada seorang pun yang menolongnya.
Apakah lelaki itu bermaksud menyakitinya?
Lelaki tersebut penampilanya tidak terlalu baik, ia kelihatan begitu
memprihatinkan. Wanita itu dapat merasakan kalau dirinya begitu
ketakutan, berdiri sendirian dalam cuaca yang begitu dingin, sepertinya
lelaki tersebut tau apa yang ia pikirkan. Lelaki itu berkata " saya
kemari untuk membantu anda bu, kenapa anda tidak menunggu didalam mobil
bukankah disana lebih hangat? oh ya nama saya Bryan.
Bryan masuk kedalam kolong mobil wanita itu untuk memperbaiki yang
rusak. Akhirnya ia selesai, tetapi dia kelihatan begitu kotor dan lelah,
wanita itu membuka kaca jendela mobilnya dan berbicara kepadanya, ia
berkata bahwa ia dari st louis dan kebetulan lewat jalan ini. Dia merasa
tidak cukup kalau hanya mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah
diberikan.
Wanita berkata berapa yang harus ia bayar, berapapun jumlahnya yang ia
minta tidak menjadi masalah, karena ia membayangkan apa yang akan
terjadi jika lelaki tersebut tidak menolongnya. Bryan hanya tersenyum.
Bryan tidak mengatakan berapa jumlah yang harus dibayar, karena baginya
menolong orang bukanlah suatu pekerjaan. Ia yakin apabila menolong
seseorang yang membutuhkan pertolongan tanpa suatu imbalan suatu hari
nanti Tuhan pasti akan membalas amal perbuatanya.
Ia berkata kepada wanita itu " Bila Anda benar-benar ingin membalas jasa
saya, maka apabila suatu saat nanti apabila Anda melihat seseorang yang
membutuhkan pertolongan maka tolonglah orang tersebut "...dan ingatlah
pada saya". Bryan menunggu sampai wanita itu menstater mobilnya dan
menghilang dari pandangan.
Setelah berjalan beberapa mil wanita itu melihat kafe kecil, lalu ia
mampir kesana untuk makan dan beristirahat sebentar. Pelayan datang dan
memberikan handuk bersih untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Wanita
itu memperhatikan sang pelayan yang sedang hamil, dan masih begitu muda.
Lalu ia teringat kepada Bryan Setelah wanita itu selesai makan dan, sang
pelayan sedang mengambil kembalian untuknya, wanita itu pergi keluar
secara diam-diam.
Setelah kepergiannya sang pelayan kembali, pelayan itu bingung kemana
wanita itu pergi, lalu ia menemukan secarik kertas diatas meja dan uang
$1000. Ia begitu terharu setelah membaca apa yang ditulis oleh wanita
itu: "Kamu tidak berhutang apapun pada saya karena seseorang telah
menolong saya, oleh karena itulah saya menolong kamu, maka inilah yang
harus kamu lakukan: "Jangan pernah berhenti untuk memberikan cinta dan
kasih sayang".
Malam ketika ia pulang dan pergi tidur, ia berfikir mengenai uang dan
apa yang di tulis oleh wanita itu. Bagaimana wanita itu bisa tahu kalau
ia dan suaminya sangat membutuhkan uang untuk menanti kelahiran bayinya?

Ia tahu bagaimana suaminya sangat risau mengenai hal ini, lalu ia
memeluk suaminya yang terbaring disebelahnya dan memberikan ciuman yang
lembut sambil berbisik :"semuanya akan baik-baik saja, I Love You Bryan"

Moral dari kisah di atas : "Segala sesuatu yang berputar akan selalu
berputar", karena itu janganlah berhenti berbuat kebaikan dalam hidupmu.


Pay it forward, n make it never stops ...

Thursday, August 03, 2006

Touching Story from India

Istriku berkata kepada aku yang sedang baca Koran, "berapa lama lagi kamu baca koran itu? tolong kamu ke sini dan bantu anak perempuanmu tersayang untuk makan."

Aku taruh Koran dan melihat anak perempuanku satu2nya,namanya Sindu tampak ketakutan,air matanya banjir. Di depannya ada semangkuk nasi berisi nasi susu asam/yogurt (nasi khas India /curd rice). Sindu anak yang manis dan termasuk pintar dalam usianya yang baru 8 tahun. Dia sangat tidak suka makan curd rice ini. Ibu dan istriku masih kuno, mereka percaya sekali kalau makan curd rice ada "cooling effect".

Aku mengambil mangkok dan berkata, "Sindu sayang, demi ayah, maukah kamu makan beberapa sendok curd rice ini? Kalau tidak ,nanti ibumu akan teriak2 sama ayah."

Aku bisa merasakan istriku cemberut dibelakang punggungku. Tangis Sindu mereda dan ia menghapus air mata dengan tangannya dan berkata, "boleh ayah. Akan saya makan curd rice ini tidak hanya beberapa sendok, tapi semuanya akan saya habiskan, tapi saya akan minta..." agak ragu2 sejenak? "? akan minta sesuatu sama ayah bila habis semua nasinya. Apakah ayah mau berjanji memenuhi permintaan saya?"

Aku menjawab, "Oh pasti sayang".
Sindu tanya sekali lagi, "betul nih ayah?"

"Yah pasti.." sambil menggenggam tangan anakku yang kemerah mudaan dan lembut sebagai tanda setuju. Sindu juga mendesak ibunya untuk janji hal yang sama, istriku menepuk tangan Sindu yang merengek sambil berkata tanpa emosi, "janji" kata istriku. Aku sedikit khawatir dan berkata: "Sindu jangan minta komputer atau barang2 lain yang mahal yah, karena ayah saat ini tidak punya uang." Sindu menjawab, "jangan khawatir ,Sindu tidak minta barang2 mahal kok."

Kemudian Sindu dengan perlahan-lahan dan kelihatannya sangat menderita ,dia bertekad menghabiskan semua nasi susu asam itu. Dalam hatiku aku marah sama istri dan ibuku yang memaksa Sindu untuk makan sesuatu yang tidak disukainya. Setelah Sindu melewati penderitaannya,dia mendekatiku dengan mata penuh harap. Dan semua perhatian (aku ,istriku dan juga ibuku) tertuju kepadanya.

Ternyata Sindu mau kepalanya digundulin/dibotakin pada hari Minggu.

Istriku spontan berkata, "permintaan gila, anak perempuan dibotakin, tidak mungkin!" Juga ibuku menggerutu jangan terjadi dalam keluarga kita, dia terlalu banyak nonton TV. Dan program2 TV itu sudah merusak kebudayaan kita. Aku coba membujuk: "Sindu kenapa kamu tidak minta hal yang lain kami semua akan sedih melihatmu botak."
Tapi Sindu tetap dengan pilihannya, "tidak ada 'yah, tak ada keinginan lain," kata Sindu.

Aku coba memohon kepada Sindu, "tolonglah kenapa kamu tidak mencoba untuk mengerti perasaan kami."

Sindu dengan menangis berkata, "ayah sudah melihat bagaimana menderitanya saya menghabiskan nasi susu asam itu dan ayah sudah berjanji untuk memenuhi permintaan saya kenapa ayah sekarang mau menarik/menjilat ludah sendiri? Bukankah Ayah sudah mengajarkan pelajaran moral, bahwa kita harus memenuhi janji kita terhadap seseorang apapun yang terjadi seperti Raja Harishchandra (raja India jaman dahulu kala )untuk memenuhi janjinya rela memberikan tahta, harta/ kekuasaannya, bahkan nyawa anaknya sendiri."

Sekarang aku memutuskan untuk memenuhi permintaan anakku, "janji kita harus ditepati." Secara serentak istri dan ibuku berkata, apakah aku sudah gila.

"Tidak," jawabku, "kalau kita menjilat ludah sendiri, dia tidak akan pernah belajar bagaimana menghargai dirinya sendiri."

"Sindu permintaanmu akan kami penuhi."

Dengan kepala botak, wajah Sindu nampak bundar dan matanya besar dan bagus. Hari Senin ,aku mengantarnya ke sekolah, sekilas aku melihat Sindu botak berjalan ke kelasnya dan melambaikan tangan kepadaku. Sambil tersenyum aku membalas lambaian tangannya. Tiba2 seorang anak laki2 keluar dari mobil sambil berteriak, "Sindu tolong tunggu saya."
Yang mengejutkanku ternyata kepala anak laki2 itu botak. Aku berpikir mungkin "botak" model jaman sekarang.

Tanpa memperkenalkan dirinya seorang wanita keluar dari mobil dan berkata, "anak anda ,Sindu, benar2 hebat. Anak laki2 yang jalan bersama-sama dia sekarang, Harish adalah anak saya, dia menderita kanker leukemia." Wanita itu berhenti sejenak ,nangis tersedu-sedu, "bulan lalu Harish tidak masuk sekolah,karena pengobatan chemotherapy kepalanya menjadi botak jadi dia tidak mau pergi kesekolah takut diejek/dihina oleh teman2 sekelasnya. Nah, Minggu lalu Sindu datang ke rumah dan berjanji kepada anak saya untuk mengatasi ejekan yang mungkin terjadi. Hanya saya betul2 tidak menyangka kalau Sindu mau mengorbankan rambutnya yang indah untuk anakku Harish. Tuan dan istri tuan sungguh diberkati Tuhan mempunyai anak perempuan yang berhati mulia."

Aku berdiri terpaku dan aku menangis. Malaikat kecilku tolong ajarkanku tentang kasih.

Wednesday, August 02, 2006

NILAI SEIKAT KEMBANG

Cerita bagus nih, dapet dari milis...

Seorang pria turun dari sebuah mobil mewah yang diparkir di depan kuburan umum.
Pria itu berjalan menuju pos penjaga kuburan. Setelah memberi salam,pria yang ternyata adalah sopir itu berkata,"Pak, maukah Anda menemui wanita yang ada di mobil itu? Tolonglah Pak,karena para dokter mengatakan sebentar lagi beliau akan meninggal!"
Penjaga kuburan itu menganggukan kepalanya tanda setuju dan ia segera berjalan di belakang sopir itu. Seorang wanita lemah dan berwajah sedih membuka pintu mobilnya dan berusaha tersenyum kepada penjaga kuburan itu sambil berkata,
"Saya Ny. Steven. Saya yang selama ini mengirim uang setiap dua minggu sekali kepada Anda. Saya mengirim uang itu agar Anda dapat membeli seikat kembang dan menaruhnya di atas makam anak saya. Saya datang untuk berterima kasih atas kesediaan dan kebaikan hati Anda. Saya ingin memanfaatkan sisa hidup saya untuk berterima kasih kepada orang-orang yang telah menolong saya."
"O, jadi Nyonya yang selalu mengirim uang itu? Nyonya, sebelumnya saya minta maaf kepada Anda. Memang uang yang Nyonya kirimkan itu selalu saya belikan kembang,tetapi saya tidak pernah menaruh kembang itu di pusara anak Anda." jawab pria itu.
"Apa, maaf?" tanya wanita itu denga gusar.
"Ya, Nyonya. Saya tidak menaruh kembang itu di sana karena menurut saya, orang mati tidak akan pernah melihat keindahan seikat kembang. Karena itu setiap kembang yang saya beli, saya berikan kepada mereka yang ada di rumah sakit, orang miskin yang saya jumpai, atau mereka yang sedang bersedih. Orang-orang yang demikian masih hidup, sehingga mereka dapat menikmati keindahan dan keharuman kembang-kembang itu, Nyonya," jawab pria itu.
Wanita itu terdiam, kemudian ia mengisyaratkan agar sopirnya segera pergi.
Tiga bulan kemudian, seorang wanita cantik turun dari mobilnya dan berjalan dengan anggun ke arah pos penjaga kuburan.
"Selamat pagi. Apakah Anda masih ingat saya? Saya Ny. Steven. Saya datang untuk berterima kasih atas nasihat yang Anda berikan beberapa bulan yang lalu. Anda benar bahwa memperhatikan dan membahagiakan mereka yang masih hidup jauh lebih berguna daripada meratapi mereka yang sudah meninggal.
Ketika saya secara langsung mengantarkan kembang-kembang itu ke rumah sakit atau panti jompo, kembang-kembang itu tidak hanya membuat mereka bahagia, tetapi saya juga turut bahagia. Sampai saati ini para dokter tidak tahu mengapa saya bisa sembuh, tetapi saya benar-benar yakin bahwa sukacita dan pengharapan adalah obat yang
memulihkan saya!"

Jangan pernah mengasihani diri sendiri, karena mengasihani diri sendiri akan membuat kita terperangkap di kubangan kesedihan. Ada prinsip yang mungkin kita tahu, tetapi sering kita lupakan, yaitu dengan menolong orang lain sesungguhnya kita menolong diri sendiri.

ALFABET SUKSES

Menurut pakarnya, manusia sukses tidak cuma dari IQ saja. Peran EQ
(Emotional Intelligence) pada kesuksesan bahkan melebihi porsi IQ.
Seorang pakar EQ bernama Patricia Patton memberikan tips bagaimana kita
menemukan dan memupuk harga diri, yang disebutnya alfabet keberhasilan
pribadi.
A : Accept. Terimalah diri anda sebagaimana adanya.
B : Believe. Percayalah terhadap kemampuan anda untuk meraih apa yang anda inginkan dalam hidup.
C : Care. Pedulilah pada kemampuan anda meraih apa yang anda inginkan dalam hidup.
D : Direct. Arahkan pikiran pada hal-hal positif yang meningkatkan kepercayaan diri.
E : Earn. Terimalah penghargaan yang diberi orang lain dengan tetap berusaha menjadi yang terbaik.
F : Face. Hadapi masalah dengan benar dan yakin.
G : Go. Berangkatlah dari kebenaran.
H : Homework. Pekerjaan rumah adalah langkah penting untuk pengumpulan informasi.
I : Ignore. Abaikan celaan orang yang menghalangi jalan anda mencapai tujuan.
J : Jealously. Rasa iri dapat membuat anda tidak menghargai kelebihan anda sendiri.
K : Keep. Terus berusaha walaupun beberapa kali gagal.
L : Learn. Belajar dari kesalahan dan berusaha untuk tidak mengulanginya.
M : Mind. Perhatikan urusan sendiri dan tidak menyebar gosip tentang orang lain.
N : Never. Jangan terlibat skandal seks, obat terlarang, dan alkohol.
O : Observe. Amatilah segala hal di sekeliling anda. Perhatikan,dengarkan, dan belajar dari orang lain.
P : Patience. Sabar adalah kekuatan tak ternilai yang membuat anda terus berusaha.
Q : Question. Pertanyaan perlu untuk mencari jawaban yang benar dan menambah ilmu.
R : Respect. Hargai diri sendiri dan juga orang lain.
S : Self confidence, self esteem, self respect. Percaya diri, harga diri, citra diri, penghormatan diri membebaskan kita dari saat-saat tegang.
T : Take. Bertanggung jawab pada setiap tindakan anda.
U : Understand. Pahami bahwa hidup itu naik turun, namun tak ada yang dapat mengalahkan anda.
V : Value. Nilai diri sendiri dan orang lain, berusahalah melakukan yang terbaik.
W : Work. Bekerja dengan giat, jangan lupa berdo'a.
X : X'tra. Usaha lebih keras membawa keberhasilan.
Y : You. Anda dapat membuat suatu yang berbeda.
Z : Zero. Usaha nol membawa hasil nol pula