Monday, July 31, 2006

what an unforgetable journey ever =))

hehe..kemaren (minggu) epi ngadain acara syukuran nujuhbulanan.
dari hari jumat, wili udah tanya-tanya g mau ikut ga... g bilang..ayolah..tapi liat gimana ntar hari minggu ya, siapa lagi yang ikut?
ga taw nih...yang lain belum pada konfirm.

minggu jam 1.30 siang kita berangkat cuma bertiga (g, wili, n ida) nani ga bisa dateng, katanya sih flu (cepet sembuh ya nan [-o<), n ga ada konfirmasi dari indry... (btw sory dry, kata wily pulsanya keburu abis sblm bales sms elo :)>-)

nah disinilah the unforgetable journey dimulai ;))....

ceritanya nih, kita mau beli bawaan dulu, so mampir dulu lah ke ITC pas sampe di terminal.
tujuan pertama: carefour
busyet dah...kasirnya pada penuh semua...kapan nyampenya kita kalo kelamaan ngantri?
g: "ya udah, gini aja...salah satu dari kita langsung ngantri di kasir aja ya.. "
hehe.. malah akhirnya g deh yang kebagian ngatri di kasir..
untungnya, pas hampir giliran g (tinggal satu orang lagi di depan g) wili ama ida udah selese milih belanjaan..sayangnya, kasirnya ganti...n kasir yang baru mungkin karena grogi, ga bisa jalanin tuh cah register... kompak g ama wili langsung nyeletuk "WROOONG CHOICE" heheh...ini kesialan pertama.. salah milih kasir..

berhubung wili ama ida kelaparan, akhirnya kita mutusin makan dulu sebelum ke rumah epi. pas makan sih lancar-lancar aja, walaupun mesti nunggu agak lama... n plis deh...ga ada sambelnya gitu lho...
abis makan, kok kayanya g masih ingin beli minum ya? so, pergilah g ke a&w mo beli minum..sayangnya karena ga ada kembalian, si kasir a&w ga mau ngelayanin...ganti kasir, ngelayaninnya lama bgt..so, g tinggal aja... n beralih ke KFC...tapi.....antriannya penuh bgt....
ga jadi beli minum lagi deh...
btw, kue yang kita beli, karena miring bawanya (maafkaan ^:)^), cherrynya ada yang lepas :p n remah coklatnya jadi ngumpul di satu sisi ^:)^

berikutnya..kita ga naik angkutan di terminal, soalnya pintu keluar terminal biasanya macet banget...then terpaksa naik angkutan di tengah jalan (deket palang pintu kereta).
n depok gitu lho...ga kena macet di pintu keluar terminal, tetep aja kena macet di jalan..
MACET..CET CET... eh, pas udah lancar, si angkutan malah masuk pom bensin..nasib, nasib..
di sini nih...mulai cekikikan kita "mungkin...dasar rejekinya epi, kita dateng telat :p"
kurang lebih 20 menit sebelum nyape, epi sms..."dateng ga?"
dateng dong pi..., kan udah hampir nyampe ;))
akhirnya sampai juga di rumah epi..dengan penuh perjuangan (fighting! nobuta poweeerrr se no!)
n seperti yang kita perkirakan sebelumnya, acara udah selese., tinggal acara makan-makan... rujaknya enak pi...boleh ni sering-sering :))

satu jam di rumah epi...

tibalah waktunya pulang....
masih dikompleks rumah epi, tali sandal ida lepas...>:), jadi kita mampir dulu di warung beli sandal jepit..at least jalannya ga pincang lagi kan da?

once again, macet sudah menanti kita di jalan menuju terminal depok....
pas udah agak lancar, si supir angkot ini malah ngetem ...(nasib!nasib!)

jalan lagi...eh, ujan turun dengan derasnya...
udah gitu, pake diskon lagi... (waduh! bajuri mode on) bukan ongkosnya yang diskon, tapi jalurnya...:(( terpaksa kita berlari-lari menembus hujan menuju terminal... wakakaka
wuih, tapi apa tuh di depan mata? ternyata ada jagung rebus bo...mampir dulu ah... ujan-ujan gini, jagung rebus panas emang paling nikmat eehhmmm...

berikutnya, nyambung naik angkot lagi menuju kosan tercinta.... ga begitu macet, eh di tengah jalan di tengah ujan, si supir angkot masih sempet mampir ke warung...ada apa gerangan? :-/
ternyata beliaunya beli shampoo... biar kaca depannya ga buram diterpa ujan (ceillee!)

jalan lagi...n you know what, kali ini si angkot ke mana? POM BENSIN!
ida: "busyet dah, kaya minum obat aja dua kali sehari..."
willy: "kapok deh pergi ama ida...sial mulu..:))"
g: " kalo gitu, lain kali kita pergi, perlu ada neutralizer, >:)"

di tengah jalan, si sopir angkot ngerem mendadak, n temenku si mungil ida...kegencet orang yang ada disampingnya...(sabar ya da ;))!)

phew...akhirnya sampai juga di kosan...dengan baju basah kuyup :p sayangnya ida mesti ngelanjutin perjalanan lagi ya da? adakah sesuatu yang terjadi dalam perjalanan menuju ke kosanmu? i hope not... it's enough for that day...[-o<


(kusano akira mode on)
wiiilly san, iiiidda san... it was really really an unforgetable journey.... =)) watta!
nobuta poweerrr, se, nobuta!:))
nobuta poweerrr, se, no!
kon!

Friday, July 28, 2006

BURUNG BESI

Forward dari temen...
ceritanya bagus, g aja baca ampe merinding :p baca yah...
merci beaucoup ya mba aci :)

BURUNG BESI

Setelah Papa lulus dari sekolah penerbangan Perancis, beliau menikah
dengan mamaku. Papa seorang kulit hitam, namanya Charles Jacquet,
mamaku seorang kulit putih, namanya Isabell Louvrett. Keluargaku cukup
demokratis,oleh karena itu, bagi Papa, pernikahan tidak memandang perbedaan
kulit.
Cara berpikir itu pula yang mendorong Papa untuk pindah ke Amerika.
Baginya dunia itu luas, di manapun kita berada, asal mau berusaha,
pasti kita menjadi seseorang. Oleh karena itu kami pindah ke Portland.
Papa ditawari menjadi penerbang di suatu perusahaan. Di sana beliau
menjadi Pilot pesawat Air Bus dan menerbangkan pesawat ke banyak wilayah di
Amerika.

Papa mempunyai sebuah cita-cita. Ada sebuah pesawat yang sangat
dicintainya. Kecepatannnya luar biasa, mach2, selain itu bodinya
sempurna. Pesawat kebanggaan Amerika ini menjadi cita-cita papaku.
Namanya F-16. "Voir ma dear, lihat sayang," Ujar Papa suatu kali di
pangkalan pesawat terbang, tempatnya bekerja. Beliau menunjuk ke
sebuah pesawat indah.Itulah F-16. "Suatu hari, Papa akan menaikinya,
begitu pula dengan Mama dan kamu ma pouppette."
Saat itulah aku tahu, betapa tingginya cita-cita Papa. Beliau bukan
berasal sekolah militer, dan bukan warga negara asli Amerika. Hampir
tidak mungkin baginya untuk menjadi anggota AU Amerika. Tapi cita-cita itu
tetap dipegangnya dengan teguh dalam hati. Ya, cita-cita indah tentang
menaiki burung besi yang bagaikan seekor rajawali.Tujuh tahun telah
berlalu sejak kepindahan kami. Usiaku sudah 12 tahun.Papa kini menjadi salah
satu pegawai yng disegani di perusahaannya. Mama juga meneruskan
kuliahnya, dia mengambil jurusan sastra Perancis. Jelas terlihat pada dirinya, betapa
ia masih mencintai Perancis. Di rumah pun, bahasa Inggris masih
terbatas pemakaiannya. Hampir sepanjang hari mama berbicara dengan bahasa
Perancis.
Terkadang kalau kami bepergian dengan taksi, mama suka tiba-tiba
berkata, "Conduisez-moi a...ups, I mean, take me to..."
Kalau sudah begitu, papa dan aku hanya bisa tertawa kecil.
Teman-temanku di sekolah pun cukup heran dengan keberagaman
keluargaku.
Apalagi kalau ada pertemuan orangtua murid di sekolah. Guru-guruku
selalu memanggil nama mamaku bekali-kali, padahal beliau sudah ada di
hadapan mereka. Maklum, kulitku hitam seperti Papa, walaupun mataku biru
seperti mama. Tapi ini semua membuatku bangga. Tidak semua anak beruntung
sepertiku. Ya, kan?

Segala sesuatunya berjalan normal, Papa bekerja, Mama kuliah, dan aku
sekolah. Tapi suatu hari, sesuatu yang benar-benar merubah kami
sekeluarga. " Jai faim, Mama. Saya lapar, Mama," ujarku kepada Mama
ketika tiba-tiba Papa masuk tanpa mengetuk pintu dahulu. Karena Papa
baru pulang setelah seminggu penuh bekerja, aku segera berlari
menujunya,
biasanya, Papa akan langsung menggendongku sambil mengajakku bercanda.
Tapi hari itu, dia hanya mengelus kepalaku, sambil tersenyum, dalam sekali. Lalu, tanpa basa-basi, Papa memeluk Mama, dan mulai menangis, pelan. Saat itu,
pertama kalinya aku melihat laki-laki yang paling kubanggakan
menangis seperti itu. Saat itu, aku hanya memandangi, dan tidak tahu apa yang
terjadi. Ketika melihatku,Mama segera berkata, "Aller pour tranguille, dear, I'll
bring your dinner, in a few minutes, okay?" ujar Mama lembut. Aku lalu naik ke atas
dengan perasaan bingung. Selama 3 jam Mama dan Papa ngobrol di bawah,
sepertinya menggunakan bahasa Perancis yang "complicated" sekali. Perutku yang
lapar tidak terasa lagi, aku hanya ingin tahu, ada apa di bawah sana.
Esok paginya aku terbangun. Rupanya semalam aku ketiduran. Cepat-cepat
aku turun ke bawah. Hari ini hari Sabtu, sekolah libur. Begitu sampai
di bawah,sudah ada Papa dan Mama menunggu di meja makan. Wajah mereka
cerah sekali, bahkan jauh lebih tenang dari biasanya. Seperti ada jiwa
baru di mata mereka yang membuat segala sesuatunya lebih baik. "Bonjour, ma
pouppete," Ujar Papa sambil menenggak kopi hangatnya. "How's your
sleep dear? Waktu mama ke kamarku semalam, kamu sudah tertidur.Jadi,
pagi ini ada masakan istimewa, omelet kesukaanmu." Keduanya tampak
berseri. Tapi kebingunganku, belum juga reda. Papa melihat itu, lalu
menyuruhku duduk di dekatnya.

"Siapa Tuhanmu, Anna?" Pertanyaan Papa yang aneh dan tidak biasa itu
mengejutkanku. Papa belum pernah bertanya seperti itu, bahkan
menyinggung-nyinggung hal itu pun jarang. Iya, kami merayakan natal
setiap tahun, seperti orang lain. Setiap Paskah selalu ada ayam kalkun
di meja makan. Terkadang kami ke gereja, di rumahku juga ada Bible. Tapi
mempelajarinya? Membukanya pun, hanya pada saat-saat khusus itu. Papa,
atau Mama, yang memang sangat demokratis, benar-benar tidak peduli
tentang itu. Aku pun tidak, selama kami bahagia, itu sudah cukup. Tapi
kujawab juga pertanyaan papa, sepanjang pengetahuanku. "Yesus, Papa," Jawabku.
"Lalu bagaimana dengan Tuhan Bapa?" Pertanyaan Papa benar-benar
membingungkanku."D-Dia juga, Papa," jawabku ragu.
"Lalu, Roh Kudus?" Hatiku gelisah, apa maksudmu Papa?
"Iya! Dia juga Tuhan!"
"Lalu, ada berapa Tuhan kalau begitu?" Aku teringat kata pastur yang
masih membingungkanku sampai sekarang."Semuanya satu Papa, hanya satu!"
"Kamu yakin Anna? Apa tiga sama dengan satu?" Aku terdiam. Aku gelisah
dan heran, apa maksud papa bertanya seperti ini. Lalu Papa merubah pertanyaannya.

"Menurutmu, kalau ada, misalnya, dua yang sempurna, diberi kesempatan
untuk menguasai dunia, apa yang mereka lakukan?" Tanya Papa.
"Bi-bisa saja mereka berebut atau bekerja sama, Papa," jawabku.
"Misalnya mereka bekerja sama, dan yang satu tidak setuju dengan yang
lainnya apa yang bakal terjadi?"

"Me-mereka akan bertengkar Papa."

"Tepat, my little, pouppete, satu lagi kalaupun mereka bekerja sama
bukanlah pola pikir mereka sama, sehingga dalam menciptakan sesuatupun
sama. Apakah perlu dua orang kalau begitu?" tanya Papa.
"Tidak Papa, satupun cukup." Papa lalu tersenyum mendengar ucapanku.
"Kalau begitu, apa perlu Tuhan yang banyak?" Aku terdiam. Jauh di dalam
hatiku seperti ada sinar terang. Ya, aku memang baru berumur dua belas
tahun, tapi perasaan itu benar-benar terasa di dalam hatiku.

"Tidak Papa, cukup satu," jawabku mantap. Tiba-tiba air mata Papa
tumpah,Mama juga. Dengan suara bergetar, Papa bertanya."Terakhir dear,
apa kamu percaya Tuhan?" Saat itu, bagaikan sekelilingku benar-benar sunyi
senyap. Aku teringat betapa indah semua pertanyaan yang pernah kualami.
Melihat bintang-bintang di planetarium, alam Perancis yang luar biasa,
bukan hanya itu, segala sesuatu yang pernah kulihat selama ini
Pasti ada yang membuat. Di pelajaran Biologi di sekolah, benda hidup
tidak mungkin berasal dari benda mati. Kalau begitu, pasti segala sesuatu ini
ada yang meciptakan, dan itu adalah...
"Ya, Papa. I believe in God." Kedua orang tuaku tesenyum. Damai
sekali.Tanpa sadar aku menitikan air mata, seperti aku baru terbangun
dari mimpi panjang , dan pertama kali melihat cahaya. Rupanya ini yang membuat
Papa menangis.
Kembalinya keyakinan dalam dirinya. Ya, Papa telah menemukan Tuhannya.
Dan kini aku ingin mengetahuinya.
"Allah, Tuhan kita, Anna." Perlahan Papa mulai bercerita," Papa
menemukan Dia saat mendengar seorang teman Papa, muslim yang membaca
kitabnya dengan bahasa yang asing sekali bagi Papa. Tapi hati Papa
bergetar, walau tidak tahu artinya, hati Papa benar-benar tergetar. Saat Papa
menanyakan artinya, teman Papa menjawab, 'Sesungguhnya bumi Allah itu luas, dan
rezeki Allah berlimpah di mana-mana'. Papa kaget. Itu prinsip hidup
Papa selama ini! Papa tidak menyangka, prinsip hidup Papa yang selama
ini banyak ditentang, ada di suatu kitab. Apa itu kebenaran? Lalu papa
meminta teman Papa membacakannya ayat-ayat lain, dan hati Papa seperti
disiram air sejuk."
"Anna, Mama pun merasakan itu. Tadi malam Papamu menceritakan semuanya.
Inilah yang Mama belum dapatkan selama ini. Islam! Menyembah Tuhan yang satu!
Inilah jalan hidup yang Mama dan Papa cari. Bertahun-tahun, ya kau tahu sendiri Anna, hidup bahagia, tapi hati penuh kegelisahan. Dan kini,hanya dengan sepotong ayat saja, Papa dan Mama merasakan hidup yang sebenarnya. Anna, kau masih kecil, kami tidak memaksamu, tapi apa kau merasakan sesuatu? Coba rasakan di dasar hatimu, my little pouppete."
Aku tidak bisa berkata, tapi kepalaku kuanggukan. Dengan penuh
keyakinan. Ya, aku masih kecil, tapi aku sudah merasakannya, getaran
itu benar-benar menggema ke seluruh tubuhku.
Pagi itu, sarapan kami terasa penuh makna. Seperti ruang-ruang kosong
di relung hati, terisi sedikit demi sedikit. Bahkan sinar matahari pun
terasa lebih jauh-lebih rendah.

***

Hari itu juga, kami ke rumah teman Papa, Mr.Ahmad Brown, dia sudah
masuk Islam selama lima tahun. Dia Angkatan Udara Amerika Serikat yang
sedang cuti. Papa bilang, di AU, perkembangan Islam sangat pesat.
Terutama dari golongan orang kulit hitam.
Papa memiliki banyak kenalan dari AU, karena-seperti yang kalian
tahu-kecintaannya pada pesawat F-16. Rupanya Papa mencuri-curi tahu ke
mana saja pesawat itu berdinas, bagaimana onderdilnya, dan banyak lagi.

Kami bertiga diajak oleh teman Papa ke sebuah masjid sederhana
diPortland. Tempat ini merupakan salah satu tempat syiar Islam yang
masih jarang ditemukan di Portland. Kami bertiga masuk ke dalam dan
melihat beberapa orang sedang sujud, membaca kitab, atau
bergumam-gumam. Wajah mereka tenang sekali. Beberapa adalah orang Amerika asli, atau juga berkulit hitam seperti Papa. Tapi yang paling banyak adalah orang Asia. Teman Papa lalu mengajak kami bertemu pemimpin agama,pastur kalau di Kristen. Lalu secara sederhana, saat Papa minta diislamkan,dengan mata yang berkaca-kaca, dia menyuruh kami mengikuti perkataannya, "Asyhadu anla ilaha illallah,wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah, I witness that there is no God except Allah, and I witness that Muhammad is his messenger." Singkat, tanpa perlu ritual berlebihan. Beliau lalu memberikan kami masing-masing sebuah kitab.

"This is Koran. Bacalah, pelajari. Tidak usah terlalu di buru. Ini juga sebuah kitab fiqih untuk mempelajari Islam, banyak buku yang bisa kalian pinjam dan pelajari, dan kami semua siap membantu. Apa saja. Bersabarlah, remember, Actually God is with whom is patient."

***
Kami sekeluarga perlahan-lahan mulai mempelajari Islam. Setiap habis Maghrib, selama satu jam sampai waktu Isya' kami belajar membaca Al-Qur'an. Kalau Papa pergi tugas, istri Mr. Ahmad yang membantu.
Islam perlahan-lahan mulai menjadi tiang penyangga hidup kami.

***
Namun, tidak semuanya berjalan mulus. Terutama bagi Mama. Beliau mulai memakai kerudung. Dan pakaiannya, benar-benar mencerminkan muslimah.
Tapi, teman-teman di kampusnya mulai menjauhinya. Hanya beberapa yang,yang benar-benar demokratis mau berteman dengannya. Untunglah,teman-teman muslimah bertambah banyak. Sehingga Mama tidak merasa sendiri. Tapi ada satu hal yang terberat. Saat Mama menceritakan keislamannya kepada orangtuanya, Grandma terutama, marah besar. Saat mama berbicara ditelpon, air matanya tumpah. Lalu tiba-tiba ia diam, kemudian
memanggil-manggil,"Mama, oh Mama, mama." Teleponnya diputuskan. Mama hanya bisa
bersandar didada Papa sambil menangis. Papa terus berkata, "Actually God is with whom is patient, Ma Cherie. He is. He is.

Di sekolah, teman-temanku tetap bersikap baik. Bahkan mereka suka bertanya yang aneh-aneh. Seperti, "Dalam Islam, ada Santa Klausnya,nggak?" atau "Wah, asik dong. Kamu ngak usah ke gereja lagi tiap minggu." Dan banyak komentar lagi komentar lain. Sekolahku memang multi etnik, dan sangat liberal. Selama tidak mengganggu mereka, semua akan seperti biasa saja. Walaupun ada juga orangtua atau guru yang sinis, hal itu tidak kupedulikan. Mereka saja yang berpikir terlalu sempit.

***
Setahun berlalu, tiba-tiba di negara bagian ini muncul desas-desus mengerikan. barnya orang-orang kulit hitam banyak yang tiba-tiba menghilang. Banyak yang mengatakan bahwa mereka menjadi korban penculikan sekte-sekte fanatik ras kulit putih. Polisi, FBI, sudah diturunkan ke berbagai kota, tapi hasilnya secara konkret belum juga muncul.
Papa sangat khawatir. "Isabell, aku akan cuti. Atasanku memaklumi. Lagipula aku belum
mengambil cutiku yang sebulan. Dan kini, tugasku untuk menjaga kalian.Setidak-tidaknya sampai keadaan mereda. Oke? J'etaime I don't want to lose you." Situasi benar-benar gawat. Sudah beberapa mayat yang hilang yang ditemukan,dengan kondisi memilukan. Para maniak itu bahkan selalu meninggalkan pesan mengerikan, bahwa tidak jarang jorok, 'Die you Negros!, atau 'Pig's skin ever better than your!" dan banyak lagi. Perlindungan bagi kaum kulit hitam dari Harlem. Kemarin, mayat seorang pastur kulit hitam ditemukan.
Aku khawatir dengan Papa. " Don't worry ma pouppete. Allah with us. Kita harus berani, dan selalu waspada. Okay?"
Sampai hari itu. Hari dimana semua kebahagiaanku direnggut. Papa sedang berkendara dari kota. Kami sedang dalam pejalanan pulang. Karena ada pemblokiran jalan, kami terpaksa lewat jalan kecil. Malam itu sepi sekali. Tiba-tiba di tengah jalan, Terdengar bunyi tembakan. Papa cepat-cepat mengerem. Ternyata ban kami pecah. Lalu, muncul orang-orang bertudung putih, berjalan mendekat sambil membawa obor dan senjata. Pakaian mereka putih,dengan lambang salib terbalik. Aku ketakutan, Mama juga, tapi Papa memegang tangan kami sambil teus berkata, "Ingat, apapun yang terjadi, Allah selalu bersama kita, Macherie."
Mereka menyuruh kami turun dari mobil. Kalau tidak, mereka mengancam
kepala kami akan ditembak. Papa menurut. Lalu kami digiring ke dalam
hutan,perjalanannya cukup jauh, aku ingin menangis, tapi aku percaya, aku
harus kuat.
Kami tiba di sebuah lapangan luas. Di sana ada lebih banyak lagi
orang-orang bertudung putih. Mereka beteriak kasar, bersorak-sorai,
sambil membakar kayu-kayu. Pandanganku lalu tertuju ke sebuah penjara kayu. Panjang,
dan didalamnya,banyak orang kulit hitam! Kami didorong ke sana.
Tiba-tiba Mamaku ditarik lengannya."Lepaskan istriku!" Papa coba berontak. Mama
berusaha untuk
lepas, tapi sia-sia. Orang tiba-tiba berkata.
"Wanita ini seorang kulit putih. Tapi lihat! Keluarganya Negro, cih,
menjijikan! Tubuhnya sudah ternoda oleh si hitam itu! Negro hina! Dan,
apa ini?" Ujarnya sambil menarik kerudung Mama, "Ini benda yang
dipakai wanita-wanita Islam itu. Cih! Ini lebih hina lagi. Tidak ada
pantas-pantasnya, bahkan untuk di muka bumi ini! Mau apakan dia?"
Ujarnya sambil berteriak keras. "Bakar! Bakar! Bakar!" orang-orang
itu mulai menjadi liar. Lalu orang tadi berkata lagi,
"Semua ingin kau bakar. Tapi demi ras kulit putih kita, kuberi kau
kesempatan. Tinggalkan keluargamu, juga Islammu. Kau akan kami
bebaskan,
setuju?" Papa tiba-tiba berteriak.
"Isabell! Lakukan! Lebih baik seorang dari kita selamat! Lakukan!
Lakukan!" Tepat setelah itu. Kulihat mata biru mama dengan penuh
keyakinan menatap tajam kepada orang itu, lalu berkata.
"Aku tidak akan melepaskan agamaku walaupun kulitku lepas dari
dagingnya. Dan aku tidak akan meninggalkan keluargaku, walau nyawa
taruhannya!" Orang itu gemetar, lalu memerintahkan orang-orangnya
untuk mengurung mamaku juga.
Kami dilempar ke dalam, bersama orang-orang kulit hitam lainnya. Tubuh
mereka kurus sekali, badannya penuh luka. Banyak juga wanita dan
anak-anak seusiaku. Beberapa tampak berasal dari keluarga miskin,
tapi ada juga yang berada sepertiku. Seorang laki-laki tiba-tiba berbicara
kepadaku.
"Hari ini mereka akan membunuh lima orang dari kita." Lalu anak lain
menyahut.
"Lalu, mayatnya dibawa entah kemana...seperti ayahku," gadis kecil itu
menerangkan, lalu menangis. Mamaku lalu memeluknya dan bertanya.
"Tidak adakah yang bisa kita lakukan?" Tiba-tiba seorang berbisik
kepada Papa. Papa mengangguk, sebentar wajahnya tenang, lalu pucat
sekejap
dan tenang kembali. Ada apa, Papa? Papa mendekat kepadaku dan Mama,
lalu berkata pelan. "Mereka telah mematahkan sala satu dari kayunya. Akan
cukup bagi anak-anak
dan wanita untuk keluar. Anna, kamu seorang pandu di sekolah, bawa
mereka ke tempat pemblokiran polisi tadi, Isabell, kau jaga para
wanita
dan anak-anak ini. Okay?" belum sempat aku membantah, Mama cepat-cepat
memotong sambil memegang kedua tangan Papa. "Charles, bagaimana denganmu?
Bagaimana kau keluar? A-aku tidak mau pergi sendiri!" Air mata mama
mulai
tumpah, Papa memandangku dengan sangat dalam.Lalu Mama jatuh ke
pelukan Papa, menangis sambil mengucap nama Allah. Aku menyelinap masuk di
antara mereka, dan ikut menangis.
***

"Ayo saatnya sudah tiba. Anna, bawa anak-anak keluar, juga para
wanita. Depechez vous! Cepatlah! Mumpung mereka sedang tertidur, Papa
dan lainnya akan menahan mereka dari sini! Cepat lari!" Setelah
semuanya keluar, aku kembali ke Papa. Tidak, tidak mungkin aku
meninggalkan
Papa. Tepat saat semuanya berjalan sempurna, tepat saat kami menemukan
kehidupan di
jalan yang lurus. Aku tidak rela, Papaku yang kucinta. Sang Pilot yang
kukagumi. Ma Papa. "Ayolah Anna. Yang lain membutuhkanmu." "Tapi
papa,
kenapa harus begini? Tidak Papa! Tidak!" "Chest-la-vie. Kamu harus
tabah, ma pouppet. Kalau Papa memang harus pergi
bukankah Papa akan pegi ke tempat yang lebih baik? Ke sisi Allah.
prier
to
Dieau. Kita akan bertemu lagi, Okay?" Papa lalu mencium keningku,
lama,

sampai kurasakan air matanya mengalir di keningku.
"Come on, Anna dear," Mama memanggilku. Dia Lalu mematap lekat
kepadaku
Papa." A toute a I'huere. I'll be missing you," Lama sekali keduanya
bertatapan, lalu dengan lembut Papa mencium kening Mama. Dan berkata
berkali-kali.
"J'etaime macherie. J'etaime. J'etaime Isabell, J'etaime Anna.
J'etaime..." Lalu perlahan dilepaskannya pegangannya," Allez vous-en!
Lari sejauh
mungkin. Ingat pesan Papa, jaga Mamamu!"

"Soyez tranguille I will Papa, I will." Perlahan aku keluar, Mama
memegangiku. Tiba-tiba salah seorang dari mereka melihat kami. Kami
bergegas.
"Noubliez pas, Anna, 'Asyhaduanla ilaha....."
"Illallah, wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah..." Aku dan Mama
membalas,lalu kami pergi. Para penjahat itu mulai berkumpul. "Ingat
cita-cita Papa, pouppete, F-16 burung besi kecintaan Papa. Wujudkan
cita-cita Papa, Noubliez pas! J'etaime, J'etaime Isabell, J'etaime
Anna!"
"J'etaime Papa! J'etaime"
"J'etaime Charles! J'etaime Mama dan aku lalu pergi berlari. Aku
memimpin mengikuti arah bintang, semak-semak belukar yang melukai
kakiku,
tidak
kuingat lagi. Pardoner Papa!
Aku tidak ingat lagi ketika tiba di tempat pemblokiran polisi
bagaimana
kami menjelaskan kejadiannya, lalu masuk ke hutan dengan polisi. Aku
tidak
ingat bagaimana para biadab itu terkepung. Aku bermimpi, di suatu
tempat,
putih, dan halus. Papa!

"Wonderful ma pouppete. Kau berhasil. Sekarang jaga mamamu. Papa akan
ke tempat yang akan berkumpul bersama lagi. N'oubliez pas! God is with
whom is patient! Wujudkan cita-cita Papa. Goodbye ma pouppete! Lalu
sosok Papa menghilang, pandanganku berputar, lalu aku terbangun. Wajah
yang saat itu aku lihat, Mama!
"Oh, Anna. Anna, be patient. Papa is gone. He's with Lord Now." Mama
lalu memelukku erat.
"Kami berterima kasih," tiba-tiba seorang berkulit hitam berbicara.
Wajahnya sedih sekali," Papamu telah menyelamatkan hidupku. Dia
melindungiku
dari tembakan biadab-biadab itu. Papamu tidak menderita, dia pergi
dengan senyum di wajahnya. Dia teus mengucap 'Allah...Allah', dan dia
sempat
meninggalkan pesan untukmu," Anna, ma pouppete, jaga mamamu. Ingat
cita-cita
Papa.
Preir to Dioer, J'etaime..." aku menangis, Mama juga. Papa kini telah
pergi, tapi ke tempat yang lebih baik. Sampai aku juga kesana. Wait
for
me,
Papa. I'll make your dreams come true. J'etamine..
***
Papa mendapat gelar kehormatan dari pemerintah AS. Hidup Mama dan aku
mendapat tunjangan, dan aku mendapat beasiswa. Aku melanjutkan ke
sekolah militer. Mama, dengan tabah, membangun kembali dirinya. Beliau
mengajar sastra Perancis di universitas-universitas Portland dan
Seattle.
Mama
juga aktif mendakwahkan Islam di berbagai tempat. Perlahan kami
membangun kembali keluarga kami, grandma bahkan memaafkan mama dan
memutuskan
untuk pindah ke Amerika untuk membantu Mama. Namun dengan hakus Mama
menolak.
Katanya, "I can raise my own child, trust me momm."
***
Mesin pesawat berbunyi halus. Sayap F-16 yang kokoh ini membawaku
terbang ke angkasa. Hari ini, Anna Marie Fatimah Jacquet, penerbang
muslimat
pertama, mewujudkan cita-cita Papa. Terus membumbung tinggi ke langit
yang dicintai Papa.
A'toute a I'houre Papa. Sampai kita bertemu kembali....( Nur)

Keterangan:
N'oubliez pas: jangan lupa
Soyez tranguille: jangan khawatir
Allez vouz-en: larilah
A'toute I'heure: selamat tinggal
J'etaime aku mencintaimu
Chest la vie: inilah hidup
Aller puor tranguille: pergilah ke kamar
Harlem: tempat perkampungan orang-orang negro

Wassalam
hehe.... g lagi suka lagu ini niy :D

RUN IT-nya CHRIS BROWN

...
I got friends, and you got friends
They hop out, and you hop in
I look fly, and they jockin
The way you drop, drop makes me wanna pop, pop

Is ya man on the flo?
If he ain't, Let me know
Let me see if you can run it, run it
girl indeed I can run it, run it
...

sayangnya ga mungkin nge-dance di kantor kan yak
:)) =))
hhmmnn.. i've heard this song for almost ten times today...just today...:p like yesterday also...
here are the lyrics..

BROWN EYES from DESTINY'S CHILD

Remember the first day when I saw your face
remember the first day when you smiled at me
you stepped to me and you said to me
I was the woman you dreamed about
remember the first day when you called my house
remember the first day when you took me out
we had butterflies although we tried to hide
and we both had a beautiful night

The way we held each others hand
the way we talked the way we laughed
it felt so good to find true love
I knew right then and there you were the one

I know that he loves me cause he told me so
I know that he loves me cause his feelings show
when he stares at me you know that he cares for me
you see how he is so deep in love
I know that he loves me cause its obvious
I know that he loves me cause it's me he trusts
and he's missing me if he's not kissing me
and when he looks at me his brown eyes tells his soul

Remember the first day, the first day we kissed
remember the first day we had an argument
we apologized and then we compromised
and we haven't argued since
remember the first day we stopped playing games
remember the first day you fell in love with me
it felt so good for you to say those words
cause I felt the same way too

The way we held each others hand
the way we talked the way we laughed
it felt so good to fall in love
and I knew right then and there you were the one

I know that he loves me cause he told me so
I know that he loves me cause his feelings show
when he stares at me you know that he cares for me
you see how he is so deep in love
I know that he loves me cause its obvious
I know that he loves me cause it's me he trusts
and he's missing me if he's not kissing me
and when he looks at me his brown eyes tells his soul

i'm so happy so happy that you're in my life
and baby now that you're a part of me
you showed me
showed me the meaning of true love
and i know he loves me

I know that he loves me cause he told me so
I know that he loves me cause his feelings show
when he stares at me you know that he cares for me
you see how he is so deep in love
I know that he loves me cause its obvious
I know that he loves me cause it's me he trusts
and he's missing me if he's not kissing me
and when he looks at me his brown eyes tells his soul

He looks at me and his brown eyes tell his soul



kinda romantic song, isn't it?
yeah... the girl next desk ... is playing this song all day long :D
(sst :-$ i used to love it too...)
let's see the next whole week...
;))

Thursday, July 20, 2006

Happy B'day Bro!

Hai Bro, met ultah ya...
Semoga panjang umur, sehat, sukses dan selalu diberi kemudahan oleh Allah SWT.
amien [-o<


ur sista,
annippe

ps: ga terasa, u r now 24 years old.